Jl. Affandi, Gang Bromo #15A, Mrican, Yogyakarta 55281, Indonesia

+62 852 2717 9797 / +62 274 520341 marketing@wisma-bahasa.com

Damai

Kembali kita tiba pada bulan ketika jutaan umat Kristiani di seluruh dunia berseru dan bernyanyi tentang ”damai di bumi”, walaupun kita melihat kekacauan dan pertikaian di mana-mana. Damai berarti ketiadaan atau kebebasan dari kerusuhan, perang, dan semacamnya. Damai juga berarti hening, tak terjadi apa-apa yang menarik. Keadaan ”biasa-biasa saja” bagi banyak orang zaman dahulu adalah ideal sebab yang menarik—seperti yang dijadikan kisah, riwayat, syair, dan legenda—adalah zaman perang.

Dalam rumpun bahasa Semitik, termasuk Arab dan Ibrani, kata yang dipakai adalah Salam atau Shalom yang secara negatif berarti tanpa perang dan secara positif berarti pemenuhan segala kebutuhan hidup, kesejahteraan, kemerdekaan, kebahagiaan. Assalamualaikum atau Shalom Aleikhem adalah ucapan salam mendoakan damai keselamatan orang yang dijumpai. Ironis bahwa kedua bangsa itu sekarang sulit mengucapkan salam damai kepada satu sama lain.

Dalam dunia teologi Kristen, pendamaian adalah atonement, rekonsiliasi yang diberikan Tuhan melalui Kristus yang kedatangan-Nya di dunia dirayakan pada hari Natal. At-one-ment (hal menjadi satu) menyatakan bahwa Kristus mempersatukan kembali (mendamaikan) manusia dan Tuhan yang sebelumnya telah terpisah (bermusuhan) akibat dosa.

Di Afrika Selatan bencana apartheid diselesaikan dengan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Dunia berutang kepada rakyat dan pemimpin besar negeri itu, seperti Presiden Nelson Mandela dan Uskup Agung Desmond Tutu, atas teladan mereka menolak pembalasan dendam membuta sekaligus menentang pelupaan pura-pura, sebaliknya memilih pengungkapan kebenaran secara terbuka dan pemaafan tulus sesudahnya. Ini sebentuk keadilan yang berhasil membuat langgeng perdamaian di negeri itu.

Khas Indonesia, ajakan berdamai juga berarti ”mari kita lupakan esensi masalah”, pokoknya semua pihak bersalaman dan berhenti ribut serta berjanji akan hidup seolah-olah masalah tak pernah terjadi.

Ironisnya, Indonesia memilih menutup mata kepala dan mata hati atas semua kekerasan dan pembunuhan yang pernah dilakukannya, terutama selama tahun-tahun penaikan dan pelengseran Soeharto, selama pendudukan atas Timor Leste, dan yang sedang berlangsung di Papua. Sebagian orang berkuasa hanya menginginkan damai sesaat berupa Rekonsiliasi tanpa Kebenaran. Bangsa yang menutup mata terhadap kebenaran sejarah akan terus mengulang kesalahan sejarah.

Dalam semangat Natal, orang Kristiani bisa menyumbang perdamaian di Nusantara dengan memproklamasikan teladan Kristus yang bersedia menerima kenyataan dosa manusia dan membayar harga rekonsiliasi dengan darah-Nya. Itulah sebabnya Dia juga disebut Raja Damai. (Source: kompascetak)

Kosa Kata / Vocabularies:

damai – perdamaian = peace

keras – kekerasan= violence

kacau – kekacauan = riot

tiada – ketiadaan = absence

benar – kebenaran = truth

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.