Site icon WISMA BAHASA

JAVANESE PROVERBS

Javanese proverbs play an important role in the life of Javanese people. Proverbs are not only used in literary works, but also become the daily life principles of Javanese people. Proverbs consist of several types, including: ?1?paribasan, saloka, ?and?? bebasan. ??

 

  1. Paribasan

Paribasan is a form of fixed structure, a figurative meaning, and does not have parables.

For example, “Ancik-ancik pucuking eri”.

‘to stand at the tip of a thorn’ (it means to be in a dangerous situation)

                        “Njajah désa milang kori”

‘to explore the village and counting doors” (it means to explore and come to remote parts of the country.)

  1. Saloka

Saloka is a form of fixed structure, a figurative meaning, and has a parable (animal or goods). Saloka proverbs usually use animals or goods.

For example,             “Kebo kabotan sungu.”

‘A buffalo carries the weight of the horn’ (It means, a person who is suffering because he has too many children).

                                    “Asu belang kalung wang”.

‘A striped dog wearing money around his neck’ (It means, bad, but rich person).

  1. Bebasan

Bebasan is a form of fixed structure, a figurative meaning, and has a parable. Bebasan proverbs usually use situation or goods. 

For example,             “Wis kebak sundukané.

‘full of pins/stabs’ (It means, a person who has a lot of sin).

                                    “Nguyahi segara

‘throwing salt into the sea’ (It means, giving something to a rich person, thus it is meaningless).

Javanese proverbs have lexical and grammatical meanings. Javanese language speakers often use proverbs in everyday conversation to get their point across.  Which proverb is similar to the proverb in your language?

Source: Triyono dkk.. 1988. Peribahasa dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Department of Education and Culture

                                            <a href="">PERIBAHASA DALAM BAHASA JAWA</a>
                <p>Peribahasa dalam bahasa Jawa berperan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Peribahasa tidak hanya digunakan dalam karya sastra, tetapi juga menjadi prinsip hidup masyarakat Jawa sehari-hari. Peribahasa terdiri atas beberapa jenis, di antaranya yaitu <em>paribasan, saloka, </em>dan<em> bebasan.</em><em> </em></p><ol><li><strong><em>Paribasan</em></strong></li></ol><p><em>                Paribasan </em>adalah bentuk struktur tetap, arti kias, dan tidak mempunyai perumpamaan.

                Contohnya,           “Ancik-ancik pucuking eri”.

                                                ‘ berdiri                  di ujung duri’ (Artinya, sedang dalam situasi bahaya).

                                                “Njajah désa milang kori”

                                                ‘menjelajah desa menghitung pintu’ (Artinya, menjelajahi dan mendatangi pelosok negeri).

  1. Saloka

                Saloka adalah bentuk struktur tetap, arti kias, dan mempunyai perumpamaan. Yang diumpamakan dalam saloka yaitu hewan atau barang.

                Contohnya,           “Kebo kabotan sungu”.

                                                ‘kerbau menanggung berat tanduk’ (Artinya, orang yang menderita karena memiliki anak terlalu banyak).

                                                “Asu belang kalung wang”.

                                                ‘anjing belang berkalung uang’ (Artinya, orang yang jahat dan jelek, tetapi kaya).

  1. Bebasan

                Bebasan adalah bentuk struktur tetap, arti kias, dan mempunyai perumpamaan. Yang diumpamakan dalam bebasan yaitu keadaan atau barang.

                Contohnya,           “Wis kebak sundukané

                                                ‘sudah penuh tusukannya’ (Artinya, orang yang memiliki banyak dosa).

                                                “Nguyahi segara

                                                ‘memberi garam ke air laut’ (Artinya, orang yang memberikan sesuatu kepada orang kaya sehingga pemberiannya tidak berguna).

 

Peribahasa dalam bahasa Jawa bermakna leksikal dan gramatikal. Tidak jarang, penutur bahasa Jawa akan menggunakan peribahasa dalam percakapan sehari-hari untuk menyampaikan maksud ujarannya. Adakah peribahasa di atas yang mirip dalam peribahasa bahasa Anda?

 

Sumber: Triyono dkk.. 1988. Peribahasa dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Exit mobile version