Site icon WISMA BAHASA

REDUPLICATION IN THE INDONESIAN LANGUAGE

Reduplication is a grammatical form in which a part of the root or base word or even the whole word is repeated exactly or with a slight change. (Keraf, 1991:149). This morphological process also occurs in the Indonesian language Reduplication in the Indonesian language is used to form nouns, verbs, adjectives, and adverbs. Check out what the reduplication in the Indonesian language is used for and how to use them below!

  1. Full reduplication

Full reduplication is formed with the reduplication of the whole word.

For example, the word buku (??book??) becomes buku-buku (books). “Cornelia membeli buku-buku di toko itu.” (Cornelia bought those books at the bookstore.)

Another example, the word petani (farmer) becomes petani-petani (farmers). “Petani-petani sedang memanen padi di sawah.” (The farmers are harvesting the rice in the paddy fields.)

  1. Partial reduplication

Partial reduplication is formed with the reduplication of only part of the word. 

For example, the word laki-laki (man) becomes lelaki (man). “Lelaki itu sering memesan es kopi susu.” (That man often orders iced coffee with milk.)

On the other hand, partial reduplication could also have suffix or final reduplication -an in the Indonesian language. For example, the word pohon (a tree) becomes pepohonan (trees). “Taman itu penuh dengan pepohonan besar.” (That garden is filled with big trees.)

  1. Partial reduplication with apophony

Partial reduplication with apophony on the second word.

For example, the word sayur (vegetable) becomes sayur-mayur (vegetables). “Pasar itu menjual sayur-mayur segar setiap hari.” (The market sells fresh vegetables every day.)

Another example, the word warna (color) becomes warna-warni (colorful). “Dia menghias rumahnya dengan dekorasi warna-warni.” (She decorates her house with colorful decorations.)

  1. Reduplication with affixation

Reduplication with affixation is formed with reduplication and prefixal or suffixal.

For example, the word obat (medicine) and suffixal -an becomes obat-obatan (medication). “Setiap pasien sebaiknya berkonsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan.” (Patients should consult their doctor before taking medication.)

Another example, the word tawar (to bargain) and prefixal meN- becomes tawar-menawar (bargaining). “Ada proses tawar-menawar di pasar tradisional Indonesia.” (There is a bargaining process in traditional Indonesian markets.)

  1. Pseudo reduplication

Pseudo reduplication in the Indonesian language is just a base word and does not undergo the reduplication process.

Some examples of pseudo reduplication in the Indonesian language are abu-abu (gray), kupu-kupu (butterfly), laba-laba (spider), dan lumba-lumba (dolphin).

Informally, Indonesian people use the number 2 (dua) to indicate reduplication. For example, hati-hati  becomes hati2. Hati2 di jalan!” (Take care!)

Those are some of the examples of the reduplication process in the Indonesian language. Is there any reduplication in your language? Have you ever learned reduplication at Wisma Bahasa?

Source:  Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta:

                                            <a href="">BENTUK KATA ULANG DALAM BAHASA INDONESIA</a>
                <p>Kata ulang adalah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah kata (Keraf, 1991:149). Fenomena kebahasaan kata ulang pun terdapat dalam bahasa Indonesia. Kata ulang dalam bahasa Indonesia berfungsi untuk membentuk kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Berikut penjelasan bentuk kata ulang dan contoh-contohnya.</p><ol><li><strong>Kata ulang utuh</strong></li></ol><p>Kata ulang utuh terbentuk dari pengulangan kata secara utuh.

Contohnya yaitu kata buku menjadi buku-buku, “Cornelia membeli buku-buku di toko itu.”  (Cornelia buys books in the store.)

Contoh lain yaitu kata petani menjadi petani-petani, “Petani-petani sedang memanen padi di sawah.” (Farmers are harvesting rice in the fields.)

  1. Kata ulang sebagian

Kata ulang sebagian terbentuk dari pengulangan sebagian kata, biasanya terdapat perubahan bunyi e pada suku kata pertama

Contohnya yaitu kata laki-laki menjadi lelaki,Lelaki itu sering memesan es kopi susu.” (The man often orders iced coffee milk.)

Di sisi lain, kata ulang sebagian ada pula yang diimbuhi akhiran -an, seperti kata pohon menjadi pepohonan, “Taman itu penuh dengan pepohonan besar.” (The garden is full of big trees.)

  1. Kata ulang berubah bunyi

Kata ulang berubah bunyi terbentuk dari perubahan bunyi pada kata kedua.

Contohnya yaitu kata sayur menjadi sayur-mayur,“Pasar itu menjual sayur-mayur segar setiap hari.” (The market sells fresh vegetables every day.)

Contoh lain yaitu kata warna menjadi warna-warni,  “Dia menghias rumahnya dengan dekorasi warna-warni.” (She decorates her house with colorful decorations.)

  1. Kata ulang berimbuhan

Kata ulang berimbuhan terbentuk dari kata ulang yang diimbuhi awalan atau akhiran.

Contohnya yaitu kata obat mendapat akhiran -an menjadi obat-obatan, “Setiap pasien sebaiknya berkonsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan.”(Every patient should consult a doctor before taking medication.)

Contoh lainnya yaitu kata tawar mendapat awalan meN- menjadi tawar-menawar, “Ada proses tawar-menawar di pasar tradisional Indonesia.” (There is a bargaining process in traditional Indonesian markets.)

  1. Kata ulang semu

Kata ulang semu adalah kata dasar asli dan bukan bagian dari pengulangan kata.

Beberapa kata ulang semu dalam bahasa Indonesia yaitu abu-abu (gray), kupu-kupu (butterfly), laba-laba (spider), dan lumba-lumba (dolphin).

Dalam penulisan kata ulang secara informal, terdapat penggunaan angka dua (2) sebagai indikasi kata ulang, contohnya kata hati-hati menjadi hati2 dalam kalimat, “Hati2 di jalan!” (Be careful on the way!)

Itulah fenomena bentuk kata ulang dalam bahasa Indonesia. Apakah ada bentuk kata ulang dalam bahasa ibu Anda? Apakah Anda sudah mempelajari kata ulang di Wisma Bahasa?

<

p style=”text-align: right;”>Rujukan: Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Exit mobile version