DIVERSITY IN INDONESIA: TRADITIONAL HOUSES | WISMA BAHASA

Jl. Affandi, Gang Bromo #15A, Mrican, Yogyakarta 55281, Indonesia

+62 851 0147 8518 / +62 274 520341 marketing@wisma-bahasa.com

DIVERSITY IN INDONESIA: TRADITIONAL HOUSES

Indonesia is rich in cultural and ethnic diversity. One of the unique diversity in Indonesia is the traditional houses in various regions. The architecture of the traditional houses was built according to the local environment’s conditions. Each traditional house also reflects the community’s activities, noble values, and life guidelines. Check out some of the unique traditional houses in Indonesia below!

  1. Traditional House of Baduy (Banten)

The traditional house of Baduy is built with a simple architectural design with the basic form of rumah panggung (a house which has a structure like stage or panggung) that has low stilts. Uniquely, this traditional house uses river stone as the suspension base. The supporting poles are to prevent the soil from sliding. In addition, the supporting poles are always built by adjusting to the contours of the soil.

  1. The Gadang House (West Sumatera)

The first impression we will get when we see the Gadang house​​ is​​ the form​ of the main building ​​which resembles a ship or boat. The unique part here is the shape of the roof which resembles a “buffalo horn” with four to six arches in the front house. The roof of the gadang house is made of nipah leaves (coastal palm leaves).

  1. Joglo House (Central Java)

The name of this traditional house is taken from the shape of the roof which resembles a mountain. The Joglo house consists of 16 parts, namely molo, anderm geganja, pengeret, santen, sunduk, kili, pamidhangan, dhadha peksi, penitih, penangkur, emprit, kecer, dudur, elar, and songgo-uwang. In Javanese philosophy, mountains are considered high and sacred places. Did you know that Wisma Bahasa also has ​a similar building ​to this traditional house as a place for the student to learn?

  1. The Traditional House of Tana Toraja, Tongkonan (West and South Sulawesi)

What is unique about this traditional house is the shape of the roof which resembles an upside-down boat. Traditionally​, the roof is built with palm fibers or sago palm leaves. But in modern times, people began to use iron sheeting. Just like most traditional houses in Indonesia, the house of Tongkonan also has the form of rumah panggung.

  1. The Baileo house (Maluku)

The Baileo house also has the structure of rumah panggung with short coconut trunks which support the house and are attached to the ground. Uniquely, the roof of Baileo is also made of the same small pillars. The floor of this traditional house is not installed with nails​​ but using a lock technique so that when stepped on, the floor frame does not creak.

  1. Honai (Papua)

Honai has a unique architecture which does not use rumah panggung structure like most traditional houses. Honai has a dirt floor and has ​​two​​ floors. The first floor is used as a place of community discussion and the second floor is used as a place to rest. Although it looks small, Honai can accommodate five to ten people.

  1. Krong Bade House (Aceh)

The architecture of this traditional house has cultural acculturation because it is related to the history of how Islam came into Indonesia. This traditional house also has a rumah panggung structure with a height of 3 meters. The Krong Bade house was built using sago palm leaves.

Those are some of the traditional houses in Indonesia, there are still many traditional houses that are no less unique. Let us know in the comment section which traditional house you would like to visit? 

Extracted from various sources. 

Indonesia penuh dengan keragaman budaya dan suku bangsa. Salah satu keragaman yang unik di Indonesia adalah bentuk rumah adat di berbagai daerah. Arsitektur rumah adat dibangun dengan menyesuaikan kondisi alam setempat. Setiap rumah adat juga mencerminkan kegiatan, nilai luhur, dan pedoman hidup masyarakatnya. Berikut ini beberapa keunikan rumah adat di Indonesia.

  1. Rumah Adat Baduy (Provinsi Banten)

Rumah adat Baduy dibangun dengan desain arsitektur yang sederhana dengan bentuk dasar rumah panggung yang rendah. Uniknya, rumah adat ini menggunakan batu kali sebagai komponen penyangga. Tiang penyangga berfungsi menahan tanah agar tidak longsor. Selain itu tiang penyangga selalu dibangun dengan menyesuaikan kontur tanah.

  1. Rumah Gadang (Provinsi Sumatera Barat)

Kesan pertama ketika kita melihat rumah Gadang yaitu bentuk bangunan utamanya menyerupai kapal atau perahu. Keunikan yang cukup menangkap mata adalah bentuk atapnya yang mirip tanduk kerbau dengan empat sampai enam buah lengkungan di rumah depan. Atap rumah gadang terbuat dari daun nipah.

  1. Rumah Joglo (Provinsi Jawa Tengah)

Nama rumah adat ini diambil dari bentuk atapnya yang menyerupai gunung. Rumah Joglo terdiri dari 16 bagian, yaitu molo, anderm geganja, pengeret, santen, sunduk, kili, pamidhangan, dhadha peksi, penitih, penangkur, emprit, kecer, dudur, elar, dan songgo-uwang. Dalam filosofi Jawa, gunung dianggap sebagai tempat yang tinggi dan sakral. Apakah Anda tahu kalau Wisma Bahasa juga punya bangunan serupa rumah adat yang satu ini sebagai tempat belajar murid?

  1. Rumah Adat Tongkonan (Provinsi Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan)

Yang unik dari rumah adat Tongkonan adalah bentuk atapnya yang menyerupai perahu terbalik. Secara tradisional, atap rumah adat ini dibangun dengan bahan ijuk atau daun rumbia. Namun secara modern, masyarakat mulai menggunakan bahan seng. Sama seperti kebanyakan rumah adat di Indonesia, rumah adat Tongkonan juga memiliki bentuk rumah panggung.

  1. Rumah Baileo (Provinsi Maluku)

Rumah adat Baileo juga berbentuk rumah panggung dengan kayu-kayu kelapa pendek yang menyangga dan terpasang ke dalam tanah. Uniknya, atap rumah Baileo juga terbuat dari tiang-tiang yang sama dengan ukuran kecil. Lantai rumah adat ini tidak dipasang dengan paku, tapi menggunakan teknik kunci sehingga ketika diinjak, kerangka lantai tidak berbunyi.

  1. Rumah Adat Honai (Provinsi Papua)

Keunikan rumah Honai adalah arsitekturnya tidak menggunakan struktur rumah panggung seperti kebanyakan rumah adat. Rumah Honai berlantaikan tanah dan sebenarnya memiliki dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat musyawarah dan lantai dua digunakan sebagai tempat tidur. Walau terlihat kecil, rumah Honai dapat memuat lima sampai sepuluh orang.

  1. Rumah Krong Bade (Provinsi Aceh)

Arsitektur rumah Krong Bade memiliki akulturasi budaya karena terkait dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia. Rumah adat ini juga memiliki struktur rumah panggung dengan ketinggian mencapai 3 meter. Rumah Krong Bade dibangun dengan menggunakan daun rumbia atau daun enau yang dianyam.

Itulah beberapa rumah adat di Indonesia, masih ada banyak rumah adat yang tidak kalah unik. Rumah adat manakah yang ingin Anda kunjungi?

Dilansir dari berbagai sumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.